Tanya :
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Begini Pak, anak saya kelas 1, kemarin
ulangan matematika mendapat nilai yang tidak memuaskan dalam bab mengurutkan
angka dari kecil ke besar. Gurunya memberikan cara dengan memberikan kartu
angka kecil diberi tanda “K”, sedangkan huruf yang besar diberi tanda “B”. Pada
saat mengurutkan angka 1-5, anak saya salah mengurutkannya, padahal di rumah anak saya ajari mengurutkan angka sampai
ratusan bisa. Saya tanya anaknya, kenapa kok bisa salah? Kemudian anak saya
menjawab, “huruf K sama huruf B kan duluan huruf B, jadi yang aku urutkan
yang huruf B dulu.” Apa karena ada tandanya yang membuat dia bingung ya, Pak?
Apa karena konsentrasinya yang kurang? Dari hasil psikotes kemarin memang
konsentrasi anak yang saya berada pada level cukup dan perlu diketahui juga anak saya kelihatannya
mempunyai analisa yang kuat, sebagai contoh seperti ini: jika dilarang
melakukan sesuatu anak pasti tanya kenapa harus dilarang? Sebabnya apa? Jujur
Pak, memang kalau nilai anak saya turun, saya pasti bingung dan panik. Apakah
psikotes yang kemarin dilakukan SD Aisyiyah itu hasil final kemampuan anak dan
tidak bisa lagi ditingkatkan?
Itu permasalahan yang pertama, yang kedua,
saya masih bingung dengan bakat anak saya. Soalnya untuk nanti kelas 3 anak
harus mengikuti ekstra bakat minat. Anak saya ikut senang matematika, namun
juga senang bergerak aktif. Dalam tes sidik jari, diketahui anak saya juga
potensi di musik. Apa sebenarnya potensi anak saya ya, Pak? Biar nanti tepat
penyaluran bakat dan minatnya.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.
Dari : Ibu ND
Jawab :
Oke Bu, kita petakan secara global pertanyaan
Ibu dulu. Pertama, apakah anak Ibu kurang konsentrasi dalam menghadapi soal
matematika dan bingung sistematika yang diberikan guru. Kedua, apakah psikotes
yang dilakukan SD Aisyiyah itu merupakan hasil akhir dari kemampuan anak dan
tidak bisa ditingkatkan lagi. Ketiga, apa potensi bakat anak Ibu supaya nanti
bisa disalurkan dengan kegiatan bakat minat yang tepat.
Saya akan jawab satu persatu. Pertama, soal
matematika, kalau menurut cerita Ibu bahwa anak ini mempunyai kemampuan analisa
yang lebih, kemungkinan besar memang anak tidak bisa mengerjakan soal karena
ada tanda-tandanya. Sementara tanda-tanda itu tidak berurutan secara abjad,
karena analisanya yang menonjol maka ia melihat simbolnya bukan angkanya, ia
mengurutkan abjadnya dari urutan depan
ke belakang. Jadi angka yang ada tanda “B” yang diurutkan pertama, hasilnya
jadi salah. Mungkin juga karena konsentrasinya yang tidak begitu fokus, namun
untuk anak seusia ini memang konsentrasi belum berkembang secara maksimal, anak
masih banyak teralihkan perhatiannya karena ada sesuatu yang lebih menarik di sekitarnya.
Sebenarnya orang tua tidak perlu panik dan bingung kalau nilai anaknya turun,
apalagi baru kelas 1 SD, yang terpenting cari tahu apa penyebab nilainya turun
dan jangan sampai memarahi anak jika nilainya turun. Pendidikan anak bukan
hanya nilai saja Bu, nilai tetap penting namun jangan sampai nilai itu
melenakan kita untuk mengabaikan pendidikan kepeduliannya, kejujuran,
tanggungjawab, kreatifitas, kemandirian, atau dengan kata lain jangan sampai
kita lupakan pendidikan akhlaknya. Jangan sampai anak kita pintar matematika
tapi ketika membuang sampah sembarangan. Itu yang terjadi di Indonesia, banyak
orang pintar di negara ini namun sungai tetap saja kotor dengan sampah-sampah.
Kedua, psikotes yang kemarin diadakan SD
Aisyiyah merupakan tes psikologi untuk mengetahui seberapa siap anak memasuki
jenjang sekolah dasar, pada inti mengetahui kondisi awal anak pada masa sekolah
dasar. Apa bisa ditingkatkan? Sangat bisa, karena anak pada masa ini baru
berkembang otak dan fisiknya. Ibarat penelitian, psikotes ini sebagai pre tes
atau tes sebelum penelitian. Dari tes ini akan bisa ditentukan bagaimana
perlakuan yang terbaik untuk anak tersebut, dan anak berbeda-beda perlakuannya.
Ketiga, memang bakat minat seorang anak itu
agak begitu sulit untuk dibedakan, karena anak masih sering dipengaruhi oleh
teman-temannya. Sebagai contoh begini, anak berbakat di seni lukis tapi karena
teman-temannya suka sepakbola maka ia ikut-ikutan sepakbola. Memang ini harus
orangtua yang lebih jeli melihat bakat si anak, terlebih lagi bagi ibu, karena
ibu dari lahir lebih sering bersama anak. tes sidik jari atau psikotes yang
lain itu sebagai acuan, tetapi yang paling utama adalah pengamatan sehari-hari,
anak pandai dalam bidang apa dan menikmatinya. Salah satu ciri-ciri anak itu
berbakat, si anak tertarik, cepat menguasai bidang itu, menikmatinya dan tidak
mudah bosan kalau dilakukan berulang-ulang. Perlu diketahui bahwa bakat anak
tidak hanya satu, akan tetapi ada beberapa yang menonjol pada setiap anak.
dengan diketahui bakatnya anak akan tersalurkan keinginannya dan akan menjadi
profesi nanti atau kalau tidak pun, bisa menjadi hobi yang akan ditekuninya
sampai tua nanti. Penyaluran hobi
ini adalah salah satu yang membuat
hidup anak lebih hidup, semangat, dan menikmati.
Ini masukan dari saya bu, semoga bermanfaat,
mari kita saling berbagi pengalaman. Semoga anak Ibu menjadi anak yang cerdas,
berakhlak mulia dan menikmati hidupnya.