Pendidikan lingkungan yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW. berdasarkan wahyu, sehingga banyak kita jumpai
ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an dan As-Sunnah yang membahas tentang lingkungan.
Pesan-pesan Al-Qur’an mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif. Ada
beberapa tentang lingkungan dalam Al-Qur’an, antara lain : lingkungan sebagai
suatu sistem, tanggung jawab manusia untuk memelihara lingkungan hidup,
larangan merusak lingkungan, sumber daya vital dan problematikanya, peringatan
mengenai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi karena ulah tangan manusia dan
pengelolaan yang mengabaikan petunjuk Allah serta solusi pengelolaan
lingkungan.
Alam semesta merupakan karunia yang paling besar terhadap manusia, untuk
itu Allah SWT. menyuruh manusia untuk memanfaatkannya dengan baik
dan selalu
bersyukur kepada-Nya. Akan tetapi pada kenyataannya terjadi kerusakan di mana-mana
akibat perbuatan orang-orang tidak bertanggung jawab. Rosulullah
SAW.
menyuruh untuk menanam kembali hutan yang telah ditebang dan dirusak. Hal ini
merupakan perbuatan yang terpuji.
Di dalam
Al-Qur’an dijelaskan bahwa alam dunia ini akan rusak disebabkan oleh tangan
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka sangat serakah
dalam mengeksploitasi kekayaan alam, mereka tidak mempedulikan tentang
akibatnya. Sekarang sudah banyak kerusakan di darat, di laut,
dan di udara.
Akibatnya banyak bencana yang terjadi di sana-sini, seperti banjir,
gempa, gunung meletus, angin putting beliung, dan ada lagi yang sangat
mengkhawatirkan yaitu isu akan terjadinya pemanasan global.
Adapun mengenai hadits Rosulullah SAW. tentang peduli lingkungan, diantaranya sebagai
berikut :
Larangan Menelantarkan Lahan
“
Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami
mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu
(untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua.
Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia
tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia
enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR.
Imam Bukhori)
Hadits
di atas
yang menganjurkan bagi pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh
saudaranya (orang lain) untuk menanaminya. Hal
ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan lingkungan (lahan yang
dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara umum.
Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan
yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun
bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan
kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Allah SWT.
telah mengisyaratkan dalam Al-Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah
ciptakan di muka bumi ini. Isyarat tersebut seperti diungkapkan dalam
firman-Nya:
“
Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di
bumi untuk kamu semua.” (Qs. Al-Baqoroh : 29)
Penanaman Pohon (Reboisasi)
Langkah Terpuji
“ Hadits dari Anas r.a.
dia berkata: Rosulullah SAW. bersabda : Seseorang
muslim tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang
burung atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa
yang dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori)
Pada
dasarnya Allah SWT. telah melarang
kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam
surat Al-Baqoroh ayat 204-205:
“
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal
ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia
berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman
dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”
Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan sifat-sifat orang yang tidak
bertanggung jawab di muka bumi ini. Informasi yang disampaikan Al-Qur’an
bahwa sebagian dari manusia, kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia
menarik sekali, sehingga banyak yang terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun
kata-kata dengan gaya yang menawan. Orang seperti
inilah yang selalu merusak bumi. Tanaman dan hutan-hutan menjadi rusak,
lingkungan dicemari, buah-buahan dan binatang ternak dibinasakan. Apalagi kalau
mereka sedang berkuasa, di mana-mana mereka berbuat sesuka hatinya.
Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan
yang terjadi di alam ini, baik di darat, laut maupun udara adalah akibat ulah
perbuatan manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan,
hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya
daerah-daerah peresap air hujan, dan
sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai, menghilangkan
tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan
sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak negatifnya akan dirasakan
manusia itu sendiri.
Tidak sepantasnya alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu
karunia Allah
SWT., untuk itu seharusnya manusia memperbaiki dan
memanfaatkannya, hal ini sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat Al-An’am ayat 141-142 yang
artinya:
“
Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan. Dan di antara hewan ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan
dan ada yang untuk disembelih. makanlah dari rezki yang Telah diberikan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Saat
ini, pemerintah Indonesia terus melancarkan program penghijauan. Oleh karena
itu, di mana-mana
kita akan melihat reklame dan promosi penghijauan, baik melalui media visual,
maupun audio-visual. Promosi ini banyak terpajang di sudut-sudut jalan,
tertempel di mobil-mobil, dan lainnya yang mengajak kita menyukseskan
program tersebut. Kita mungkin masih mengingat sebuah hadits yang masyhur dari
Nabi SAW.
beliau bersabda:
"Jika
seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali
dari tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang
dimanfaatkan, dan anak shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya". (HR.
Muslim)
Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi
seorang manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah sedekah jariyah,
sedekah yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan
bahwa sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur
umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik
berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan
lingkungan dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah
bagi kita. Walaupun telah meninggal, selama tanaman itu tumbuh atau
berketurunan.
Penghijauan merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi
manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan
pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon
itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang
bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya
bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan
bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi pelindung dari gangguan
tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan
masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di
lembaran sempit ini. Jika demikian banyak manfaat dari reboisasi,
maka tak heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan tanah
dan menanaminya.
Harmonitas Manusia, Hewan,
dan Tumbuhan
Manusia harus mampu
menjaga harmonitas segi tiga keseimbangan ekologi: dirinya (manusia), hewan,
dan tumbuhan. Manusia, seperti disinggung sebelumnya, adalah wakil Allah
(khalīfah) di permukaan bumi (Qs. 2: 30). Karena sebagai khalīfah, maka dia
harus bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnnya, sebagai
pengganti Allah dalam memelihara keseimbangan ekologi. Dia harus memahami
fitrahnya yang mengerti maslahat dan kebutuhannya (Qs. 67: 14). Dengan akal
yang diciptakan oleh Allah untuknya, dia bisa membekali diri dengan ilmu dan
pengetahuan serta teknologi, supaya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan
melaksanakan tugasnya tersebut (Q.S 7: 74).
Dengan bekal itu semua, manusia harus tampil sebagai sosok yang “ramah lingkungan”. Dalam Islam, khalīfah adalah “manusia hijau”. Yaitu sosok yang benar-benar melindungi dan memelihara lingkungan hidupnya. Dalam hal ini, konsep ihsān dapat dijadikan sebagai landasan dalam menciptakan harmonitas manusia dan lingkungan hidup. Ihsān di sini dapat diartikan sebagai sikap ramah (baik), yang berarti melindungi dan memelihara dengan baik. Di sini, konteks ihsān dalam ibadah. Pemeliharaan lingkungan dapat menjadi ibadah, karena memelihara lingkungan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Ketika lingkungan dipelihara dan dijaga dengan baik, maka dia menjadi ibadah di hadapan Allah.
Dengan bekal itu semua, manusia harus tampil sebagai sosok yang “ramah lingkungan”. Dalam Islam, khalīfah adalah “manusia hijau”. Yaitu sosok yang benar-benar melindungi dan memelihara lingkungan hidupnya. Dalam hal ini, konsep ihsān dapat dijadikan sebagai landasan dalam menciptakan harmonitas manusia dan lingkungan hidup. Ihsān di sini dapat diartikan sebagai sikap ramah (baik), yang berarti melindungi dan memelihara dengan baik. Di sini, konteks ihsān dalam ibadah. Pemeliharaan lingkungan dapat menjadi ibadah, karena memelihara lingkungan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Ketika lingkungan dipelihara dan dijaga dengan baik, maka dia menjadi ibadah di hadapan Allah.
Konsep ihsān yang kedua adalah dalam Q.S.
4: 36. Di mana
ihsān di sini dimaknai dengan memperhatikan, menyayangi, merawat, dan
menghormati lingkungan.
Dua konsep ihsān tersebut pada realitanya memang diperlukan oleh manusia dalam
konteks interaksi dengan lingkungan. Karena, memang kita wajib memperlakukan
lingkungan dengan cara melindungi dan menjaganya. Bukan malah kita remehkan,
lalaikan, serta musnahkan. Jika ini yang berlaku, yang terjadi adalah
kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di mana-mana. Itu semua, karena ulah
tangan-tangan jahil manusia. Padahal, itu semua bukan azab mutlak, melainkan
peringatan agar manusia merasakan hasil perbuatan jahilnya. Allah berharap
manusia-manusia jahil terhadap lingkungannya dapat kembali lagi (Q.S.
30: 41). Di samping itu, ihsān sejatinya adalah perbuatan baik yang tanpa
batas. Artinya, perhatian terhadap segala sesuatu, baik hidup maupun mati,
adalah tanpa perhitungan alias tak terhingga. Sebab
prinsip untuk bersikap lemah lembut itu berlaku bagi setiap
elemen lingkungan, baik makhluk hidup maupun makhluk mati, serta yang berakal
maupun yang tidak berakal. Dengan kata lain: prinsip untuk bersikap ihsān ini mencakup
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk mati. Semoga kita termasuk
orang-orang yang ihsan dalam menjaga lingkungan hidup.
No comments:
Post a Comment