Pages

Monday 16 March 2015

Menanam Keshalehan Memetik Kemudahan

Setiap orang tua tentu memiliki ”cita-cita besar” bagi anak-anaknya. Deretan harapan kepada mereka melahirkan cinta yang tak pernah bertepi. Doa-doa yang  terlantun, menggema hingga menggetarkan langit, menyambut kelahiran sang jabang bayi. Kehadirannya di tengah keluarga menjadi sebuah pinta “menjadi anak shaleh/shalehah” meski dengan versi yang tak sama. Allah SWT telah memerintahkan kepada kedua orangtua, di dalam Q.S. An-Nisa : 9  terhadap masa depan anak–anaknya agar selalu bertakwa, beramal shaleh, beramar ma’ruf nahi mungkar, dan berbagai macam amal ketaatan lainnya, sehingga dengan amalan-amalan itu, Allah SWT akan menjaga anak cucunya.

 
Seorang anak yang melihat ayahnya selalu berdzikir, mengucapkan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir niscaya akan menirunya mengucapkan kalimat-kalimat tersebut. Seorang anak melihat ayahnya berpuasa setiap hari Senin dan Kamis, melaksanakan shalat jumat, dan jama’ah, tidak sama dengan anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di depan televisi atau hal lain yang menyia-nyiakan waktu. Seorang anak yang diajari shalat, belajar, dan mengaji, tidak sama dengan anak yang dibiasakan nonton televisi, main game, musik, dan hura-hura. Ibarat pepatah ”buah jatuh takkan jauh dari pohonnya”.  Anak-anak itu pasti akan meniru perilaku yang sering mereka lihat dan dengar dari orangtuanya.
Bila ayah bunda selalu berbuat baik kepada orang tuanya, memohonkan ampunan untuk mereka, dan memperbanyak berdoa, rabbighfirli wa li wali dayya, maka anak yang melihat dengan seizin Allah SWT akan mencontohnya dan juga akan memohonkan ampunan untuk orangtuanya. Seorang anak yang melihat ayah bundanya shalat di malam hari, menangis karena takut kepada Allah SWT, dan membaca Al Qur’an, maka dia akan mencontoh apa yang dilakukan ayah bunda. Demikian juga dengan seorang anak perempuan yang melihat ibunya menutup aurat, berhias dengan akhlak malu, ketenangan, dan menjaga kesucian diri. Dia akan mempelajari  akhlak tersebut dari ibunya.
Keshalehan dan amal baik orang tua memiliki dampak yang besar bagi keshalehan anak-anaknya, serta memberikan manfaat bagi mereka di dunia dan akhirat. Sebaliknya amal-amal yang jelek dan dosa-dosa besar yang dilakukan orangtua akan berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak-anaknya. Pengaruh-pengaruh tersebut datang dengan berbagai bentuk. Jika orangtua shaleh dan gemar melaksanakan amalan baik, maka akan mendapatkan ganjaran dan pahala yang dapat dirasakan anak. Ganjaran tersebut dapat berupa penjagaan, rizki yang luas, dan pembelaan dari murka Allah SWT. Adapun amal jelek orang tua, akan berdampak jelek terhadap anak. Dampak tersebut dapat berupa musibah, penyakit, dan kesulitan-kesulitan lain.
Dalam sejarah mencatat, ada seorang perempuan penjual susu. Setiap kali ibunya menyuruh mencampur susu dengan air, ia menolak dengan kelembutan. Bahkan mengingatkan bahwa kelak semua yang dilakukan manusia, akan dihisab. Ia takut susu itu hilang kemurniannya, sehingga dapat membohongi si pembeli. Dengan sikap kehati-hatian perempuan itulah, Allah SWT mengaruniakan seorang anak yang shaleh. Anak itu akhirnya tumbuh besar menjadi sosok yang luar biasa. Sosok itu adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Siapa yang tak kenal khalifah besar yang zuhud ini?
Akhirnya, suatu saat kita bertanya kepada diri sendiri. Mampukah kita menjaga kehati-hatian terhadap sesuatu yang sederhana, tapi ternyata betapa besar nilainya di hadapan Allah SWT?  Bisakah kita bertindak seperti mereka yaitu orangtua yang shaleh demi menghasilkan  anak  yang  shaleh pula sebagai  investasi abadi?

Sebuah pertanyaan yang membutuhkan  jawaban dengan konsekuensi perjuangan yang luar biasa. Semoga Allah  SWT senantiasa memberkahi pendengaran, penglihatan, suami/istri, dan anak-anak kita. Amiin...

No comments:

Post a Comment