Setiap orang tua tentu memiliki ”cita-cita besar” bagi
anak-anaknya. Deretan harapan kepada mereka melahirkan cinta yang tak pernah
bertepi. Doa-doa yang terlantun,
menggema hingga menggetarkan langit, menyambut kelahiran sang jabang bayi.
Kehadirannya di tengah keluarga menjadi sebuah pinta “menjadi anak shaleh/shalehah”
meski dengan versi yang tak sama. Allah SWT telah memerintahkan kepada kedua
orangtua, di dalam Q.S. An-Nisa : 9 terhadap
masa depan anak–anaknya agar selalu bertakwa, beramal shaleh, beramar ma’ruf
nahi mungkar, dan berbagai macam amal ketaatan lainnya, sehingga dengan amalan-amalan itu, Allah SWT akan menjaga anak cucunya.
Seorang anak yang melihat ayahnya selalu berdzikir,
mengucapkan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir niscaya akan menirunya
mengucapkan kalimat-kalimat tersebut. Seorang anak melihat ayahnya berpuasa setiap
hari Senin dan Kamis, melaksanakan shalat jumat, dan jama’ah, tidak sama dengan
anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di depan televisi atau hal lain
yang menyia-nyiakan waktu. Seorang anak yang diajari shalat, belajar, dan
mengaji, tidak sama dengan anak yang dibiasakan nonton televisi, main game,
musik, dan hura-hura. Ibarat pepatah ”buah jatuh takkan jauh dari pohonnya”. Anak-anak
itu pasti akan meniru perilaku yang
sering mereka lihat dan dengar dari orangtuanya.
Bila ayah bunda selalu berbuat baik kepada orang tuanya,
memohonkan ampunan untuk mereka, dan memperbanyak berdoa, rabbighfirli wa li wali dayya, maka anak yang melihat dengan seizin
Allah SWT akan mencontohnya dan juga akan memohonkan ampunan untuk orangtuanya.
Seorang anak yang melihat ayah bundanya shalat di malam hari, menangis karena
takut kepada Allah SWT, dan membaca Al Qur’an, maka dia akan mencontoh apa yang
dilakukan ayah bunda. Demikian juga dengan seorang anak perempuan yang melihat
ibunya menutup aurat, berhias dengan akhlak malu, ketenangan, dan menjaga
kesucian diri. Dia akan mempelajari akhlak tersebut dari ibunya.
Keshalehan dan amal baik orang tua memiliki dampak yang besar
bagi keshalehan anak-anaknya, serta
memberikan manfaat bagi mereka di dunia dan akhirat. Sebaliknya amal-amal yang jelek dan dosa-dosa besar yang dilakukan orangtua akan
berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak-anaknya. Pengaruh-pengaruh
tersebut datang dengan berbagai bentuk. Jika orangtua shaleh
dan gemar melaksanakan amalan baik, maka akan mendapatkan ganjaran dan
pahala yang dapat dirasakan anak. Ganjaran tersebut dapat berupa penjagaan,
rizki yang luas, dan pembelaan dari murka Allah SWT.
Adapun amal jelek orang tua, akan berdampak jelek terhadap anak. Dampak
tersebut dapat berupa musibah, penyakit, dan kesulitan-kesulitan lain.
Dalam sejarah mencatat, ada seorang perempuan penjual susu.
Setiap kali ibunya menyuruh mencampur susu dengan air, ia menolak dengan
kelembutan. Bahkan mengingatkan bahwa kelak semua yang dilakukan manusia,
akan dihisab. Ia takut susu itu hilang kemurniannya, sehingga
dapat membohongi si pembeli. Dengan sikap kehati-hatian perempuan itulah, Allah
SWT mengaruniakan seorang anak yang shaleh.
Anak itu akhirnya tumbuh besar menjadi sosok yang luar biasa. Sosok
itu adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Siapa yang tak kenal khalifah besar
yang zuhud ini?
Akhirnya,
suatu saat kita bertanya kepada diri sendiri. Mampukah kita menjaga
kehati-hatian terhadap sesuatu yang sederhana, tapi ternyata betapa besar
nilainya di hadapan Allah SWT? Bisakah kita bertindak seperti mereka yaitu orangtua
yang shaleh demi menghasilkan anak yang shaleh pula
sebagai investasi
abadi?
Sebuah
pertanyaan yang membutuhkan jawaban
dengan konsekuensi perjuangan yang luar biasa. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi pendengaran,
penglihatan, suami/istri, dan anak-anak kita. Amiin...
No comments:
Post a Comment